Femi SMO 6


PERJUANGAN DI SMO MITRA KARYA


SMO (Sekolah Menulis Online) Mitra Karya. Salah satu penerbit yang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Sebelumnya saya terkejut dengan karya teman sekampus. Dia merupakan sahabat saya juga, sebut saja Mbak Minna dan Mbak Dian Aulia Dian. Mereka berdua adalah Korban Literasi. Dari SMO ini, mereka berhasil menerbitkan Buku Antologi.

Seorang penulis buku? Menghasilkan karya? Membanggakan orangtua? Menurutmu, apa itu mungkin terjadi?

Sebuah pertanyaan yang sering mengerumuni otak saya. Bukankah hobi saya adalah corat-coret buku? Mengapa tidak ada niat untuk mengembangkan?
Memulai kepo dengan SMO. Saya meminta kedua teman saya untuk menjelaskan terkait SMO. Saya mencoba menghubungi Kepsek SMO. Beliau adalah istri dari CEO Mitra Karya. Siapa lagi kalau bukan wanita cantik dalam foto ini. Sebut saja Bu Risa atau Bu
Rizkha Wachidatus Sholihah
.

Sebelumnya, kami belum pernah bertemu. Saya mencoba menghubungi beliau melalui media sosial. Yakni, WhatsApp. Bertanya terkait SMO Mitra Karya. tanpa menunggu waktu lama beliau membalas pesan saya baik melalui chat atau voicenote. sebab, menjelaskan terkait SMO ini butuh penjelasan khusus. Di tambah, otak saya yang susah connectingnya, hehe

Saya masih ingat, sempat di omelin sama beliau karena ada beberapa hal yang membuat beliau greget dengan pertanyaan atau jawaban saya saat itu. Pokoknya sampai pendaftaran untuk ikut SMO gagal. Bisa jadi kurang niat.

Hari berikutnya saat pembukaan SMO 6 saya bertekat diri untuk ikut. Oh ya, sebelumnya saya ceritakan duu saat wisuda SMO angkatannya Mbak Mina. Saya di jadikan tamu undangan. Anehnya, saya lupa bahwa itu adalah wisuda online. Waktu itu, saya masuk grub, Kepsek SMO mempersilahkan tamu untuk duduk dan mengincipi hidangan. Saya sempat merasa aneh dengan grub ini. Kok di suruh duduk? Duduk dimana? Kok disuruh makan? Mana gambar makanannya? Cara makannnya bagaimana?Grub apa sih ini? Akhirnya saya pun komentar dengan reflek penuh percaya diri. Kemudian ada salah satu admin menjelaskan terkait wisuda online ini. Huft, akhirnya paham juga.

Tahap demi tahap saya lalui. Mulai administrasi keuangan dan data diri. Saya tidak melakukan pembayaran melalui Tranfer, melainkan sowan langsung. Bersama keponakan saya Giska. Naik onthel, panas banget. Sudah menjelang dhuhur. Giska tak gendong waktu itu sambil naik onthel. Asli, tidak tega. Mau gimana lagi? Hehe..

Tiba di sana, disuguhi banyak jajan. Termasuk teh pucuk dingin. Adek Salman tidur pulas waktu itu, habis itu kebangun, dan nangis. Haduh, kasihan lihatnya.

Taraaa.....

Tibalah proses saya mengikuti Sekolah menulis Online. Sekolah ini sangat disiplin lagi. jika dilakukan offline, saya mungkin siswi paling telat. Namun, hal ini berbeda. Waktu yang sama saya gunakan dengan baik. Jadi begini, jam sekolah diadakan malam hari. Tepatnya setelah sholat isya’ oleh narasumber dan konsultan
hebat

Beliau
Adly Al-fadlly Usmunie
dan Bu Ifa (Haduh tidak bisa nge-tag). Waktu sekolah bersamaan dengan jadwal saya ngaos di pondok. Lantas, bagaimana saya mengatasinya?

Sebelumnya ada absen kehadiran. Selagi bisa, saya absen dulu baru ke mushola. Setelah mengaji saya fokus pegang hp untuk menghadiri, menyimak grub dan siap menerima materi. Adapun keaktifan bertanya juga ada. Saya pun mencoba menjadi salah satu peserta aktif dengan pertanyaan yang saya sodorkan kebeliau.

Setiap pulang ke rumah, saya selalu meminta restu dari orangtua. Khususnya ibu. Hal itu menjadi keberkahan modal kemudahan saya melangkah apapun termasuk mengikuti Sekolah Menulis Online ini. Saya selalu menjelaskan, kelak saya punya buku yang di terbitkan dan ada karya saya. Beliau pasti bangga. Karya ini benar-benar saya nantikan.

Saat SMO berlangsung, saya sempat tidak ada kuota. Mengharuskan saya untuk mencari pinjaman uang beli paketan atau minta hospot teman. Entahah, salah satu diantaranya saya lakukan atau malah justru keduanya. Saya kok jadi lupa ya.. hehe

Output dari kelas ini, karya kami yang dibukukan, diterbitkan. Kalian tahu fase saya mengikuti SMO? Pikiran cukup rancau saat pengumpulan kerangka naskah cerpen. Saya mencoba membuat kerangka semampu saya dengan berbagai revisi. Setelah revisi, cerpen siap disusun.


Menulis mengalir dengan keoptimisan. Saya meminta banyak teman untuk membacanya. Baik teman kampus atau bahkan beberapa dosen. Saya ucapkan terimakasih kepada Orangtua, sahabat dan beberapa teman yang sudah membaca termasuk Mbak Mina, Mbak Dian selaku Senior
Kang Santri
dan dan Beberapa Dosen yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca tulisan receh saya. Ustaz
Fahmi Khumaini
Selaku Dosen PTK semester 6, Bu
Giati Anisah
yang mengampu mata kuliah Jurnalistik semester 7, serta
Imam Mawardi Noer
yang kini sudah tidak mengajar di kelas saya. Tepatnya, beliau kini menjadi dosen Unigoro. Saya ucapkan banyak terimaksih.

Sempat kelupaan, ada
Nafi Oedin
juga. Salam bahagia kakak temu gedhe. Hehe. Beliau adalah senior SMO saya juga. Orangnya putih, tinggi, murah senyum dan humoris. Pas banget jadi tempat pelampiasan masalah. Maksud saya semacam curhat.


Bedah Buku Sang Juara yang mana rintis oleh
Ilham Sang Juara
Diki Alamzyah
dan teman-teman lainnha menjadikan saya dan
Nafi Oedin - Hypnotherapist
bertemu langsung. Hal ini tidak lepas dari tujuan saya sebelum berangkat, yakni merepotkannya. Menjadi salah satu panitia bedah buku, tentu lebih leluasa kesana kemari melewati peserta.

Di tangga menuju lantai dua, saya turun. Sedangkan ia baru naik. Siapa lagi kalau bukan pemuda tinggi berkulit lebih bening dibanding saya ini. Sayangnya, saya sedikit gerogi melihatnya. Bisa jadi minder. Orang seperti saya bisa kenal dengan beliau. Em, langsung saja saya akan bercerita bagaimana ia juga menjadi salah satu orang yang terlibat dalam tulisan saya.

Tepat duduk ditengah dengan memakai batik hijau. Saya menyodorkan beberapa lembar kertas hasil cerpen saya. Ia pun segera mengoreksi tulisan saya. Beberapa menit kemudian, wajahnya suram dan fokus pada tulisan saya. Terlihat banyak oret-oretan di kertas itu. Saya Cuma bisa pasrah dengan hasilnya.

Selesai acara ia menjelaskan oretannya. Menanyai saya dengan nada tinggi “nandi wae pas sekolah? Salah kok akeh men?” pertanyaan yang membuat saya hampir mengeluarkan air mata. Saya hanya tertunduk diam mendengarkan omelan dan penjelasan detailnya.

Terimakasih Kak, sudah membagi ilmunya. Salam bahagia untukmu selalu. Siapapun yang belum sempat tertulis dan terlibat dalam karya saya di Buku Rhoma, saya ucapkan beribu terimakasih.

Sekolah Menulis Online, yang menghasilkan saya memiliki karya buku kedua antologi berjudul Buku Rhoma dengan tulisan cerpen“ Utawi Iki Iku” adalah karya yang sangat luar biasa dengan proses yang kece habis. Itu menjadi awal saya mulai menulis. semoga saja nantinya menjadi penulis buku solo dan menerbitkan banyak buku yang bermanfaat. Aamiin

Quotes
“ Dari kesalahan-kesalahan yang ada, kita akan belajar untuk memberbaiki. Dari memperbaiki kita akan jauh lebih baik”

Terimakasih banyak juga kepada Mitra Karya
Smo Mitra Karya
Agus Ibrahim
Mbak Alfy, Mbak Lestari dan keluarga SMO Lainnya, tercintaku SMO6 yang keren luar biasa. Ada Nita Juanita (Bantu tag, Ma) hehe


Pokoknya terimakasih banyak semuanya. Banyak hal yang saya dapatkan di sini.
Salam Ta'dzim.
Siti Femi Listiana

Komentar