KADO CINTA UNTUK GUS MUS
Sungguh kebahagiaan yang kami rasakan adalah buah hasil yang kami rangkaian dari segenggam cinta. Sejak saya duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah nama Gus Mus sudah kami hafal dalam ingatan, saat itu foto beliau dimuat di Majalah Al Fikrah Mbs pondok pesantren Mambaus Sholihin Suci Gresik Jatim. Semakin lama semakin ingin tahu secara dekat tentang beliau. Dari berbagai buku dan kliping, saya terus menggali informasi. Dengan adanya medsos, semakin hari semakin dekat dan cepat mengenal Gus Mus. Alhamdulillah sejak saya berteman dengan beliau di facebook tahun 2012, rasa rindu ingin bertemu dan berguru semakin tak bisa dibendung. Akhirnya pada tahun 2014 saya daftar mondok kilat selama romadhon di Pondok Leteh Roudlotut Tholibin, alhamdulillah rindu bertemu dan berguru tersampaikan.
Tahun 2013, saya dipaksa oleh Rizal Mubit untuk membuat cerpen, akhirnya saya membuat cerpen dengan telaten sebanyak 20 judul cerpen dalam 21 hari, lahirlah buku Lalat dari Jerman. Awal kali saya menulis cerpen, menghayati dari buku karya Abah Yai Ahmad Mustofa Bisri, alhamdulillah cerpen berhasil ditulis tapi gagal meniru gaya beliau.
Piyantun Sepuh yang indah itu (meminjam istilah dari Pakdhe Timur Suprabana) pada hari ini Jumat 10 Agustus 2018, mendapat keberkahan umur tepat 74 tahun. Saya sebagai Pecinta Abah Yai, ingin sekali mengirim doa dalam tulisan. Dan alhamdulillah tepat 9 Agustus 2018, bakda isyak KADO CINTA UNTUK GUS MUS bisa kami bawa sowan di Rembang.
Ucapan terima kasih kepada putra-putri Abah Yai: Ning Ienas, Ning Kautsar Mustofa Uzmut dan Gus Muhammad Bisri Mustofa yang telah membantu kami menperindah kado spesial untuk Abah Yai A. Mustofa Bisri.
Terimakasih kepada Buya KH. Husein Muhammad, sahabat Gus Mus, yang ikut menuliskan doa dalam goresan puisi indah. Jazakumullah ahsanal jazak.
Terimakasih kepada Abah D. Zawawi Imron, yang telah membagi keindahan cinta dalam puisi yang ada di buku ini. Dan juga mohon maaf, telah memberikan waktu sempit selama deadline pengumpulan naskah.
Kepada Prie GS, sungguh matursuwun sanget kagem panjenengan.
Terimakasih kepada Gus Candra Malik, telah menghidangkan secangkir puisi. Sungguh indah.
Tengkyuh kepada Pakdhe Budi Maryono, sungguh kata dan kata-kata telah kami suguhkan dalam benak dan nurani. Untuk penikmat inspirasi.
Terimakasih kepada Novelis Aguk Irawan MN yang memberikan seluruh kata-katanya dalam barisan karya, untuk mempertebal kado kami. Semoga niat panjenengan hadir secara dhohir dan batin di acara hajatan akbar itu, dikabulkan olehNYA. Amin.
Terimakasih kepada Guru dan Penyemangat berkarya sekaligus penjembatan: Alang Khoiruddin. Mugi berkah Abah Yai mengalir seperti tinta membasahi kertas Sang Penulis.
Terimakasih kepada Mahwi Air Tawar, darimu saya belajar sejarah kehidupan Gus Mus lewat Sajak-Sajak panjang itu.
Terimakasih kepada Sururi Arumbani, Ahmad Karomi, Amrullah, Amirul Ulum, Muhammad Asrori, Zehan Zareez, Abdur Rouf Hanif, Fajrul Falah, Shofiyatun Nuzuliyah, Hamzah Sahal, Imam Muhtar, Wahyu. Telah mempercantik Kado Cinta.
Kepada Toni Malakian sungguh terimakasih, sketsa cover belakang begitu memikat.
Kepada Nakula Agi Saga, sungguh terimakasih cover depan begitu indah. Saya senang, dan kami senang.
Terimakasih kepada komikus Fihril Kamal (ternyata Mbah Yai Mus mengikuti postingan sampean), terimakasih kepada komikus Bondan Ponco. Salam.
Terimakasih kepada Fasya telah ikut momong Salman selama kami dalam waktu pengerjaan naskah.
Terimakasih kepada Faruk, alhamdulillah laptop saya berhasil tidak eror saat deadline pengiriman naskah buku.
Dan yang paling kami cinta, istri tercinta, telah membantu saya dengan penuh cinta mengemas kado cinta.
Buku Kado Cinta untuk Gus Mus adalah Kado, maka biarlah menjadi kado. Alangkah indahnya kata-kata, hingga kado dipenuhi mutiara cinta untuk yang tercinta Abah Yai A. Mustofa Bisri.
"Sugeng Ambal Warsa, Mangun Karsa, Istiqomah dados Tuladha."
Tuban, 10 Agustus 2018. 06.26 wib
Komentar
Posting Komentar